Hai, temen temen !!
Ini adalah salah satu cerpen, karangan siswa VII – I SMPN
1 Bojonegoro. Cerpen’y sangat menarik lho . . .
Baca ya . . .
“Jangan Tinggalkan aku
Bunda”
Halo! Namaku Violeinia
Adinda Khumairah (dibaca Violinia) Hari ini aku baru saja naik ke kelas 6, aku
bergegas menyiapkan peralatan sekolah agar besok bisa langsung berangkat pagi
tetapi dia melihat wajah bundanya sangat pucat.Dia ragu untuk masuk
sekolah,padahal ia baru masuk di kelas 6.
“Bunda , Bunda sedang
sakit?” tanya Vio
“Enggak kok. Bunda hanya kecapekan . kamu enggak usah khawatirkan Bunda. Kamu berangkat sekolah saja kan, kamu baru pertama masuk Bunda nggak apa-apa kok,” ujar bunda, meyakinkan Vio kalau dirinya baik-baik saja.
“Enggak kok. Bunda hanya kecapekan . kamu enggak usah khawatirkan Bunda. Kamu berangkat sekolah saja kan, kamu baru pertama masuk Bunda nggak apa-apa kok,” ujar bunda, meyakinkan Vio kalau dirinya baik-baik saja.
Akhirnya Vio menuruti
permintaan bunda. Vio berangkat ke sekolah berjabat tangan kepada bunda dan
ayah, dengan perasaan tidak enak.
Sesampainya di sekolah Vio bertemu dengan teman-temannya mereka pun sibuk mencari nama masing-masing ternyata Vio sekelas dengan sahabatnya si kembar Laila dan Laili, juga ada Reno,Dhika, dan Lovinia.
Tet.............! Bunyi bel istirahat berbunyi, Akhirnya Vio menceritakan kepada sahabat-sahabatnya tentang perasaan yang tidak enak terhadap kondisi bundanya
“Teman-teman, aku sangat khawatir dengan kondisi bunda di rumah.” Vio merasa sedih.
Sesampainya di sekolah Vio bertemu dengan teman-temannya mereka pun sibuk mencari nama masing-masing ternyata Vio sekelas dengan sahabatnya si kembar Laila dan Laili, juga ada Reno,Dhika, dan Lovinia.
Tet.............! Bunyi bel istirahat berbunyi, Akhirnya Vio menceritakan kepada sahabat-sahabatnya tentang perasaan yang tidak enak terhadap kondisi bundanya
“Teman-teman, aku sangat khawatir dengan kondisi bunda di rumah.” Vio merasa sedih.
Muka Vio sangat muram.
Dia terus memikirkan bundanya.
“Memangnya,bundamu sakit,Vi?” tanya Lovi penasaran.
“Memangnya,bundamu sakit,Vi?” tanya Lovi penasaran.
“Aku, sih, enggak tahu.
Tapi, saat aku akan berangkat ke sekolah, muka bundaku pucat sekali!” ujar Vio
dengan sangat gelisah
“Kamu berprasangka baik
saja dulu! Mudah-mudahan , bunda kamu hanya kecapekan,” ujar Laila sambil
memegangi bahu Vio.
“Mungkin, kalian benar.
Aku tidak boleh berprasangka buruk dulu. Aku harus berdoa supaya bundaku
baik-baik saja,” jelas Vio cemas.
Bel masuk telah berbunyi
hari ini ada pengarahan kebersihan di kelas. “Vio nanti aku tungguin di depan
kelas ya......” kata Laili sambil menyapu Vio hanya membalas dengan senyuman.
Jam 12.00 bel pulang
berbunyi tetapi Vio langsung berlari pulang tidak menunggu Laili dan Laila.
Sesampainya di rumah,
Vio melihat ada bendera kuning berkibar di depan rumahnya. Selain itu, di
rumahnya banyak orang datang. Dia sangat bingung. Dia melihat ayahnya yang
sedang menangis. Ia menghampiri ayahnya.
“Ayah, ada apa ini?Mengapa ada bendera kuning? Terus, kenapa Ayah sudah pulang? Bukannya ayah pulang nanti sore? Ada apa ini yah?” Vio bertanya panjang lebar.
“Ayah, ada apa ini?Mengapa ada bendera kuning? Terus, kenapa Ayah sudah pulang? Bukannya ayah pulang nanti sore? Ada apa ini yah?” Vio bertanya panjang lebar.
Perasaan Vio tidak enak.
“Vio, bun ... da ... su
... dah...”kata ayah Vio sambil menangis. “sudah apa yah!?” ujar Vio “sudah me .. ninggal!” kata ayah Vio sambil
memeluk Vio.
“Apa?! Bunda meninggal?!
Aku nggak pecaya! Ini cuman mimpi buruk kan yah?tanya Vio antara tangisan.
Vio segera berlari ke
dalam rumah. Dia memeluk bundanya yang sudah terbujur kaku di ruang keluarga dia tidak mau melepaskan
pelukkannya.
“Bunda, kenapa bunda pergi secepat ini? Aku ingin masih ingin mendengar tawa canda dari bunda! Vio masih ingin memeluk bunda lagi dan masih ingin masakan buatan bunda! Vio tidak ingin kehilangan bunda! Bunda...................” tangis Vio semakin keras.
Perasaan Vio sangat terpukul dengan kepergian bundanya.ia pun tidak mau meninggalkan bundanya walaupun sudah dikubur akhirnya ayah Vio membujuknya untuk pulang.
Hari itu adalah hari paling menyedihkan bagi Vio dan ayahnya. Hari itu, seorang anak yang masih kecil sudah tidak dapat menikmati enaknya rasa masakan ibunda,tidak bisa merasakan hangatnya pelukan seorang ibu dan orang yang selalu melindunginya.
“Bunda, kenapa bunda pergi secepat ini? Aku ingin masih ingin mendengar tawa canda dari bunda! Vio masih ingin memeluk bunda lagi dan masih ingin masakan buatan bunda! Vio tidak ingin kehilangan bunda! Bunda...................” tangis Vio semakin keras.
Perasaan Vio sangat terpukul dengan kepergian bundanya.ia pun tidak mau meninggalkan bundanya walaupun sudah dikubur akhirnya ayah Vio membujuknya untuk pulang.
Hari itu adalah hari paling menyedihkan bagi Vio dan ayahnya. Hari itu, seorang anak yang masih kecil sudah tidak dapat menikmati enaknya rasa masakan ibunda,tidak bisa merasakan hangatnya pelukan seorang ibu dan orang yang selalu melindunginya.
Keesokan harinya, Vio
tidak masuk sekolah . Dia masih sangat terukul atas kepergian ibundanya .
Sepulang sekolah teman-teman sekelasnya mendatangi rumah Vio.
“Hallo, Assalamualikum!”
sahut Laila seraya mengetuk pintu rumah Violinia
“Waalaikumsalam! Eh,
kalian. Ayo, silahkan masuk,” ajak Vio pelan
“Vio, kedatangan kita mengganggu kamu, enggak?” tanya Reno
“Enggak, kok,” jawab Violinia
Sahabat-sahabat Vio berusaha membuat Vio gembira,tetapi usaha mereka sia-sia ia tetap murung dan memikirkan bundanya.
“Vio, kedatangan kita mengganggu kamu, enggak?” tanya Reno
“Enggak, kok,” jawab Violinia
Sahabat-sahabat Vio berusaha membuat Vio gembira,tetapi usaha mereka sia-sia ia tetap murung dan memikirkan bundanya.
“Kenapa kamu murung,
Vi?” Tanya Dhika
“Aku Cuma kangen sama bunda. Biasanya aku bisa merasakan hangatnya pelukan bunda dan nonton TV bersama bunda rambutku dielus-elus”
“Aku Cuma kangen sama bunda. Biasanya aku bisa merasakan hangatnya pelukan bunda dan nonton TV bersama bunda rambutku dielus-elus”
“Tolong Vi, kamu
ikhlaskan kepergian bundamu. Agar bundamu tenang di alam sana “ hibur Laila dan
Laili sambil merangkul Vio
“Terima kasih, ya.
Kalian sudah mau menemani dan menghiburku,” kata Vio dengan nada sedih.
Setelah
pembicaraan di ruang tengah rumah Vio,tiba-tiba Sahabat Vio mendengar dentang
jam lima sore,mereka pamit pulang ke rumah masing-masing. (ZuYaFi)